Jumat, 17 Mei 2013

Kisah Cinta Tak Selalu Menjadi Milik Dua Orang


Mencintai itu begitu
menyakitkan ketika kita
mencintai seseorang yang telah
memiliki seorang kekasih dan
kita hanya menjadi peran
pembantu didalam kisah
tersebut.
“Namun aku mencintaimu, lebih
dari sekedar teman”, kataku
padanya. “Ya aku tahu tetapi kita
tidak bisa melanjutakan kisah ini,
aku tak bisa meninggalkan dia”,
bentaknya keras. “Bagaimana
dengan aku, perhatianmu selama
ini membuat aku menyayangimu”,
suaraku melemah,
“Aku tak perduli, mengapa kamu
begitu bodoh, mengapa kamu
menyayangiku bukankah kamu
tahu bahwa aku telah
bersamanya” , dia membalikan
badannnya matanya terlihat
begitu nanar, aku hanya bisa
terisak melihat sikapnya yang
seperti itu, dia terjebak dalam
pilihan yang sulit antara harus
meninggalkan kekasihnya atau
tetap bersamaku. “Sekarang kisah
kita sampai disini saja” bicaranya
mulai melemah,
“Namun aku terlanjur
menyangimu, bukankah kamu
pernah bilang kalau kamu juga
menyayangiku” kataku padanya
“Ya aku tahu, aku menyayangimu,
namun kisah kita tak bisa
dilanjutkan” jawabnya.
“Lalu sekarang kamu inginkan aku
untuk bagaimana?” tanyaku,
“kamu harus mencintai lelaki lain,
jangan terus menerus
mencintaiku, cari saja lelaki lain
yang bisa membahagiakanmu”,
“tidak, tidak aku tak bisa
mencintai lelaki lain, dan aku tak
dapat bahagia bersama lelaki lain
karena aku hanya dapat bahagia
bersamamu”, air mataku kembali
mengalir.
“Kamu tahu? Tuhan membiarkan
kita bertemu dengan orang yang
salah sebelum kita bertemu
dengan orang yang benar”, aku
hanya terdiam mendengarkan
ucapannya.
Dia memelukku “aku mengerti,
sangat-sangat mengerti jika kamu
menyayangiku tapi aku mohon
tinggalkan saja aku karena kisah
ini tak layak untuk dipertahankan”
ucapnya sambil menangis di
pundakku, dan kita menangis
bersama-sama, “Dimana aku
harus mencari seseorang
sepertimu? Aku hanya bisa
menyayangimu bukan orang lain”
kataku. “Jangan cari seseorang
sepertiku, di luar sana akan ada
seseorang yang berjanji
menyayangimu dan tak akan
meninggalkanmu, bukan seperti
aku ini, kamu tak pantas
menangisi lelaki jahat seperti aku,
dan kamu adalah wanita baik
disana akan ada lelaki baik yang
siap menyayangimu lebih dari
aku.” Dia mengusap air mataku,
“Ya aku tahu itu tapi aku tak
perduli entah itu kamu adalah
seorang lelaki baik atau jahat, aku
menyayangimu” aku masih
menangis dalam peluknya,
bajunya terasa basah oleh air
mataku. “Percayalah jika Tuhan
telah berkehendak kita untuk
berjodoh, aku yakin kita akan
dipertemukan lagi olehNya,
namun ketika kita nanti tak
berjodoh aku ingin kamu bisa
berbahagia dengan jodohmu itu”
ucapnya meyakinkanku.
“Tapi satu hal yang perlu kamu
ingat, aku masih akan tetap setia
menunggumu, kamu bisa kembali
kapan saja kamu mau ketika kamu
telah lelah mencari cinta-cinta
lain” kataku padanya. “Aku harap
kamu tak akan menungguiku”
ucapnya singkat “Apakah kamu tak
akan kembali lagi padaku nanti?”
tanyaku, “Aku hanya tak mau
kamu semakin merasakan sakit
ketika kamu terus menerus
menungguiku”, dia kembali
menghapus air mataku dan
memelukku.
Tuhan mengapa semuanya harus
berakhir dan peluknya ini menjadi
pelukan yang paling berarti ,
karena mungkin tak akan aku
dapatkan lagi pelukan semacam
itu dari pundak yang sama seperti
yang aku rasakan saat ini.